Musim penghujan telah tiba. Bagi sebagian orang, musim hujan yang biasanya dimaknai dengan berkah tak jarang berubah menjadi musibah karena aktivitas domestik mulai dari mengamankan atap yang bocor, hingga dinding yang lembab berjamur karena rembesan air hujan.
Pada dasarnya, kegiatan seperti ini tidak perlu dilakukan jika pada awal mendirikan bangunan, penghuninya mengetahui kontur di mana hunian berdiri, jenis atap, dan dinding yang digunakan.
Ada beberapa hal yang harus Sobat Rajawali diperhatikan dalam mendesain hunian yang nyaman dan tidak merepotkan saat musim hujan tiba, yakni pemilihan lokasi, bentuk bangunan terutama atap dan sistem pengaliran air hujan, serta material finishing, terutama pada bagian luar.
Pertama, pilihlah lokasi yang jauh dari aliran sungai untuk menghindari banjir.
Jika hal tersebut tidak memungkinkan, minimal pilihlah rumah yang kontur tanahnya lebih tinggi dari sekitarnya. Dengan demikian, saat terjadi hujan, aliran air dapat cepat mengalir ke tempat yang rendah, dan mencegah genangan.
Kedua, bentuk atap dan pilihan terhadap bahan bangunan sangat berpengaruh terhadap kemampuan menghadapi hujan.
Bentuk atap yang cocok untuk daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi seperti di Indonesia adalah atap berbentuk piramida atau atap miring.
Atap jenis ini biasanya memiliki sudut kemiringan minimal 30 derajat. Kemiringan ini sangat penting agar air hujan mengalir lancar dan tidak menggenang di atap. Jangan lupa bahwa besarnya sudut kemiringan juga tergantung pada jenis bahan yang dipilih.
Contohnya, jika memilih penutup atap berbahan metal atau seng, maka sudut kemiringannya lebih rendah yakni 15 derajat.
Ketiga, sistem aliran air hujan tidak boleh disepelekan.
Sistem aliran air konvensional yang lazim digunakan masyarakat adalah menampung volume air hujan di talang, kemudian dialirkan ke bawah melalui pipa pembuangan.
Cara lain yang dapat dijadikan pilihan saat ini adalah menggunakan bahan kedap air seperti beton kedap air. Cara ini sangat cocok digunakan untuk hunian minimalis beratap datar.
Alternatif lain adalah membuat saluran kecil yang mengumpulkan volume air hujan, dan kemudian dibuang melalui talang tegak. Sistem ini terlihat berbeda, tetapi pada prinsipnya sama dengan sistem aliran air yang berlaku pada bangunan beratap miring.